Cara Budidaya Ikan Keli dari Benih Sampai Panen

Ikan keli, atau yang dikenal secara ilmiah sebagai Clarias gariepinus, adalah salah satu jenis ikan air tawar yang populer di Indonesia. Pembenihan ikan keli merupakan langkah penting dalam menghasilkan populasi ikan yang sehat dan berkualitas.

Nah kali ini admin akan membahas secara rinci tentang pembenihan ikan keli dan cara-cara merawatnya agar teman-teman yang mungkin baru saja memulai atau mungkin masih berencana bisa berangan-angan untuk menghasilkan panen ikan lele Keli yang optimal.

Pembenihan Ikan Keli (Lele Keli) dan Cara Merawatnya

Penyiapan Kolam

Kolam induk adalah fasilitas khusus yang digunakan dalam budidaya ikan keli untuk memelihara induk. Kolam ini berperan penting dalam membesarkan ikan hingga menjadi induk matang gonad atau untuk memelihara induk setelah proses pemijahan.

Biasanya, terdapat dua kolam induk yang disediakan, satu untuk induk jantan dan satu lagi untuk induk betina. Ukuran kolam bervariasi tergantung pada kebutuhan dan lahan yang tersedia, namun ukuran umumnya berkisar antara 100 hingga 400 meter persegi.

Kolam pemijahan, di sisi lain, difungsikan untuk memfasilitasi pertemuan antara induk jantan dan betina yang telah siap untuk memijah. Jika lokasi terbatas, kolam pemijahan dan kolam induk bisa digabung menjadi satu.

Selanjutnya, kolam penetasan telur digunakan untuk menetaskan telur-telur ikan yang telah dibuahi. Selain dalam kolam khusus penetasan, proses penetasan juga dapat dilakukan di tempat lain seperti paso, bak beton, corong, atau hapa.

Penetasan telur dapat dilakukan baik di kolam induk maupun kolam pemijahan, bahkan dalam satu kolam, beberapa tahapan proses pembenihan dapat digabungkan.

Kolam pemeliharaan larva merupakan tempat di mana larva ikan dipelihara. Larva yang baru lepas dari induknya mungkin dapat mencari makan sendiri, namun masih membutuhkan perawatan karena kelemahannya dan belum mampu berenang dengan cepat.

Kolam yang digunakan untuk pemeliharaan larva bisa berupa kolam tanah, beton, atau bahkan sawah. Ukuran kolam biasanya berkisar antara 100 hingga 600 meter persegi.

Kolam pemeliharaan benih adalah fasilitas yang digunakan untuk merawat anak ikan setelah mencapai tahap larva. Jenis kolam yang digunakan dapat bervariasi, mulai dari kolam tanah, beton, hingga kolam yang berlokasi di sawah.

Ukuran kolam untuk pemeliharaan benih biasanya berkisar antara 250 hingga 600 meter persegi. Pada pembenihan yang lebih canggih, sering kali terdapat beberapa kolam pemeliharaan benih yang dibedakan menjadi beberapa bagian.

Proses Pemilihan dan Perawatan Induk

Saat memilih calon induk untuk budidaya ikan keli, beberapa hal perlu diperhatikan. Induk yang dipilih sebaiknya memiliki tubuh yang bersih, berwarna cerah, bebas cacat, tidak pucat, serta aktif dan lincah dalam gerakannya. Setelah dipilih, calon induk kemudian ditampung dalam kolam pemeliharaan induk.

Kepadatan induk dalam kolam induk biasanya adalah satu induk untuk setiap 2 meter persegi, dengan rincian enam ekor calon induk keli kampung. Selama berada dalam kolam, induk diberi makanan yang mengandung protein tinggi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi mereka.

Perlu diperhatikan bahwa induk yang masih muda mungkin memberikan hasil yang kurang memuaskan. Idealnya, lele keli yang dipilih sebagai induk sudah mencapai usia 9 bulan dengan berat sekitar 200 gram dan panjang 20-25 cm untuk jantan, serta usia 12 bulan dengan berat sekitar 300 gram dan panjang 20-25 cm untuk betina.

Semakin besar dan tua induk tersebut, semakin banyak produksi telur dan sperma yang dihasilkan. Namun, produksi telur dan sperma mulai berkurang ketika induk telah mencapai usia 4 tahun.

Induk jantan dan betina dapat dibedakan dengan melihat ciri-ciri seks sekundernya. Pada jantan, tubuhnya berwarna merah cerah dengan tepi sirip dan papilla genital berwarna kemerahan, serta memiliki alat kelamin yang runcing. Sementara itu, betina dapat dikenali dari perut yang gendut dan penuh telur, serta papilla genitalnya berwarna merah dan membentuk bulatan.

Disarankan untuk memilih induk dengan ukuran yang hampir sama baik untuk jantan maupun betina, serta memiliki berat yang seimbang, sehingga proses pembuahan telur dapat berlangsung dengan merata.

Induk-induk yang sudah terpilih kemudian ditempatkan dalam kolam pemeliharaan induk, di mana perawatannya dilakukan secara terpisah antara jantan dan betina. Memisahkan perawatan induk dan calon induk memiliki beberapa keuntungan, seperti mencegah pemijahan liar, pengaturan pemasangan induk, percepatan proses pematangan gonad, dan penjadwalan pemijahan yang lebih tepat.

Namun, perawatan induk secara terpisah juga membutuhkan lebih banyak kolam. Kolam induk sebaiknya ditempatkan di lokasi yang mudah diawasi, dekat dengan kantor atau rumah penjaga, mudah dijangkau dengan alat angkut, aman dari gangguan hama, memiliki pasokan air yang cukup, tersedia penerangan pada malam hari, dan berada dalam lingkungan yang nyaman dan terlindung dari sinar matahari langsung.

Untuk perawatan yang lebih baik, induk sebaiknya dipelihara dalam kondisi tunggal jenis dan tunggal kelamin, dengan kepadatan tidak lebih dari 4-6 ekor per 2 meter persegi, sehingga pembagian pakan dapat lebih merata dan tidak menghambat perkembangan.

Cara Pemijahan Lele Keli

1. Pemijahan dengan Sistem Pasangan

Metode ini disebut sistem pasangan karena induk lele keli dipijahkan secara berpasangan dalam wadah yang relatif kecil. Keberhasilan pemijahan sangat tergantung pada pemilihan induk yang tepat oleh peternak. Pemijahan jenis ini kadang-kadang disebut sebagai sistem perkosaan karena induk dipaksa untuk memijah.

Kolam yang digunakan untuk pemijahan jenis ini biasanya memiliki ukuran yang relatif kecil, seperti 1 x 1 meter atau 1 x 2 meter dengan kedalaman sekitar 0,5-0,6 meter. Di tengah kolam pemijahan, dibuat cekungan untuk memudahkan penangkapan benih.

Saluran pengurasan air dengan pipa paralon berdiameter 1,5 inci dibuat di dasar cekungan, tetapi pengurasan juga bisa dilakukan dengan menggunakan selang plastik.

Kolam pemijahan dilengkapi dengan sarang pemijahan yang terbuat dari tumpukan batu bata berukuran 30 x 30 x 30 cm atau 40 x 40 x 40 cm. Tumpukan batu bata ini membentuk segi empat dengan salah satu sisinya terbuka untuk keluar masuknya induk ikan.

Setelah persiapan selesai, kolam diisi air hingga setinggi 30-40 cm dan dibiarkan beberapa hari agar kualitas air stabil. Untuk menciptakan suasana alami di kolam, beberapa eceng gondok ditempatkan di dalamnya.

Pemasukan sepasang induk lele keli ke dalam kolam sebaiknya dilakukan pada sore hari antara pukul 16.00-17.00. Hal ini bertujuan untuk memberi kesempatan pada induk ikan untuk beradaptasi dan menghindari stres akibat fluktuasi suhu air yang tinggi.

2. Pemijahan dengan Sistem Massal

Pemijahan sistem massal merupakan metode pemijahan dengan menempatkan beberapa pasang induk jantan dan betina yang matang kelamin ke dalam kolam pemijahan yang dilengkapi dengan sarang penelusuran di bagian pinggirnya. Jumlah induk jantan dan betina disesuaikan dengan jumlah sarang yang tersedia.

Ukuran kolam pemijahan dalam metode ini sangat bervariasi, mulai dari 25 m2 hingga 300 m2, dengan bentuk persegi panjang. Kolam dilengkapi dengan pintu masuk dan keluar, serta kedalaman kolam bervariasi antara 1 hingga 1,5 meter dengan dasar yang sedikit berlumpur.

Sarang penelusuran dibuat di sepanjang sisi pematang kolam dengan jarak antara satu sarang dengan yang lain sekitar 1 meter. Persiapan kolam meliputi pengeringan, pengapuran, dan pemupukan untuk membunuh bibit penyakit dan ikan liar. Setelah itu, kolam dikapur dengan dosis tertentu dan dipupuk menggunakan bahan-bahan tertentu.

Setelah 5-7 hari, induk jantan dan betina dimasukkan ke dalam kolam pemijahan. Air di dalam kolam ditambahkan sehingga mencapai ketinggian tertentu di atas dasar sarang penelusuran. Selama di kolam, induk diberi makanan yang cukup dua kali sehari.

Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva

Dalam kondisi alami, telur-telur ikan lele keli akan menetas dalam waktu 1-2 hari setelah pembuahan. Untuk memastikan kualitas air yang optimal selama proses penetasan, sebaiknya telur-telur tersebut ditetaskan di hapa yang dilengkapi dengan aerator dan air yang mengalir secara perlahan.

Hal ini bertujuan untuk mencegah lemak atau lapisan minyak yang terdapat pada telur tidak mengganggu kualitas air.

Pada suhu sekitar 25-28 derajat Celsius, dengan kandungan oksigen sekitar 5-6 ppm dan amonia di bawah 0,1 ppm, telur-telur biasanya akan menetas dalam kurun waktu kurang dari 2 hari. Setelah menetas, larva yang berumur 7 hari dapat dipelihara di kolam tanah atau bak beton.

Ukuran bak sebaiknya tidak terlalu besar agar memudahkan pengawasan, dan padat tebarnya diatur sedemikian rupa agar mencapai 100-120 ekor per meter persegi.

Untuk mempercepat pertumbuhan larva menjadi benih ikan yang siap untuk ditebar, pakan yang diberikan harus memiliki kandungan gizi yang cukup. Pakan diberikan setiap hari secara teratur, dengan pemberian sedikit-sedikit namun sering untuk menghindari pencemaran air.

Selain itu, penggantian air total dilakukan sekali seminggu untuk menjaga kualitas air tetap baik.

Pemeliharaan Benih Pasca Larva

Pemeliharaan benih lele keli dilakukan setelah fase perawatan larva, yaitu saat benih tersebut berumur 30 hari atau lebih. Pemeliharaan ini biasanya dibatasi hingga ikan mencapai ukuran 8-15 cm atau memiliki bobot 10-50 gram per ekor.

Proses pemeliharaan benih pada tahap ini sering disebut sebagai pendederan atau pengipukan. Pemeliharaan dilakukan di kolam tanah atau sawah, dengan ukuran kolam yang tidak terlalu luas agar memudahkan pengawasan.

Pupuk kandang diberikan terlebih dahulu ke dalam kolam untuk memicu pertumbuhan pakan alami. Setelah itu, kolam diberi pelindung dari sinar matahari dengan daun kelapa atau daun pisang, dan air dimasukkan dengan kedalaman 20 cm.

Pada hari ke-5, permukaan air dinaikkan hingga mencapai 40-70 cm, dan pada hari ke-7, benih lele keli ditebar ke dalam kolam dengan kepadatan 100-200 ekor per meter persegi. Pemeliharaan dilakukan selama 30 hari untuk mendapatkan benih lele keli dengan ukuran 5-7 cm atau bobot 8-10 gram per individu.

Penggantian air secara teratur dilakukan untuk menjaga kebersihan dan ketersediaan oksigen dalam kolam. Air baru dimasukkan pada pagi dan sore hari selama 1-2 jam, sambil melakukan pembuangan air yang seimbang. Hal ini dilakukan agar kualitas air tetap jernih dan benih tidak terganggu oleh endapan lumpur.

Jika air keruh, maka perlu diendapkan terlebih dahulu di kolam pengendapan.

Setelah 4 minggu pemeliharaan, angka mortalitas benih bisa mencapai 20-30%, namun ini masih dianggap normal. Pada ukuran tersebut, benih sudah siap untuk dijual kepada petani atau untuk dipelihara lebih lanjut guna mendapatkan benih yang lebih besar.

Penutup

Demikianlah pembahasan mengenai pemijahan, penetasan telur, dan pemeliharaan larva serta benih lele keli. Semoga informasi yang telah disampaikan dapat bermanfaat bagi para peternak dalam mengelola budidaya ikan lele keli secara efektif dan efisien.

Dengan pemahaman yang baik tentang proses ini, diharapkan dapat meningkatkan produksi benih ikan lele keli yang berkualitas dan memperkuat sektor perikanan dalam mendukung ketahanan pangan.